Cerita Dewasa - Suami Suamiku
Pujo (samaran 42 tahun) adalah teman sejak aku SMA yang kini menjadi suamiku. Kini setelah anak-anak kami sudah remaja (kini umurku 38 tahun) hidup kurasakan tambah sepi apalagi aku tinggal berdua dengan suami saja, anak-anakku sudah kuliah di lain kota. Suamiku adalah pria yang baik dan sukses sebagai karyawan PMA, meskipun jabatan tidak terlalu tinggi tapi kami hidup berkecukupan.
Aku sendiri cukup waktu dan uang untuk merawat diri, sehingga meskipun aku tidak cantik namun orang bilang aku ini luwes tidak mboseni kalau dipandang suamiku bilang aku memang tidak cantik tapi"ayu"apalagi kalau lagi orgasme tinggiku cuma 160 cm dengan berat 56 kg agak gemuk orang bilang tapi dadaku montok sekali dengan puting yang merekah.
Suamiku senang olah raga tenis dan golf kalau badan tidak terlalu tinggi 165 cm tapi cukup atletis dengan berat badan 63 kg. Urusan diranjang sebenarnya aku cukup bahagia karena suamiku orangnya telaten dan sabar dia selalu memberikan kesempatan dulu padaku untuk orgasme seteleh itu baru dia melakukan penetrasi sampai aku orgasme yang kedua.
Pengalaman ini terjadi karena rasa kesepianku di rumah sendiri akhirnya aku usul untuk menerima kost toh kamar anakku 2 kamar tidak ada yang nempati. Akhirnya suamiku sepakat dia yang cari dan kebetulan ada teman kenalannya seorang pengusaha yang biasa mondar-mandir Jakarta ke kotaku karena ada anak perusahaannya di kotaku. Pertimbangannya dari pada ke hotel boros karena kadang harus sampai dua minggu. Namanya Duta (samaran) keturunan arab dengan cina orangnya tinggi (176 cm 76 kg) besar dengan kulit putih tapi wajah arab kayak Omar Syarif dengan bulu diseluruh tubuhnya, orangnya sangat santun. Kami cepat akrab bahkan seperti keluarga sendiri karena makan malam kami selalu bersama bahkan pada waktu lapor Pak RT kami mengaku sebagai saudara. Oh iya aku panggilnya Dik karena umurnya baru 38 tahun.
Bahkan jika suamiku dan Aku pergi berlibur ke Tawangmangu atau Bandungan dan pas ada di kotaku ia kami ajak. Begitu akrabnya kami sehingga tak jarang kami Dik Duta juga membantu kalau ada kerepotan dirumah sehingga lingkungan taunya memang adik saya. Untuk sehari-hari setelah berjalan 3 bulan kami makin akrab saja bahkan suamiku suatu hari, ketika kami ngobrol habis makan malam.
"Ajaklah Isterimu jalan-jalan kemari Dik Duta," celetuk suamiku, "Biar dia kenal mbakyumu" lanjutnya, Dik Duta hanya diam dan menghela napas panjang.
"Ada apa.. Ada yang salah?" lanjut Mas Pujo melihat gelagat yang kurang enak.
"E.. Anu Mas Aku sebenarnya duda isteriku meninggal 3 tahun yang lalu diruamh cuma ada anak-anak dengan pembantu saja" jawabnya dengan mata berkaca-kaca.
Kami akhirnya tahu statusnya dan kami minta suatu ketika kalau liburan sekolah biar anak-anak diajak kebetulan anaknya 2 orang masih 7 tahun dan 4 tahun. Sejak itu keakraban kami tambah dekat bahkan suamiku sering membisiki aku kalau keturunan arab biasanya barangnya besar dan panjang. Akupun merasa Dik Duta makin memperhatikan aku, pernah aku dibawakan hadiah liontin permata yang cantik. Bahkan sehari-hari kami makin terbuka misalnya ditengah guyonan, kadang kadang Dik Duta seolah mau memelukku dan bahkan sembunyi-sembunyi berani menciumi pipiku kalau mau pamit pulang Jakarta.
Demikian pula sebaliknya Mas Pujo seolah membiarkan kami bercengkarama kadang kadang bahkan ngompori, "Ooo mabkyumu itu biar STW tapi malah tambah punel (maksudnya memeknya) lho Dik Duta" kalau sudah begitu aku yang merah padam, tapi untungnya hanya kami bertiga.
Seperti kebiasan kami, pada hari libur Sabtu Minggu kami bertiga week end di kebun kami di Tawangmangu. Walaupun tidak terlalu luas namun kebun ini cukupanlah untuk hiburan dan cukup nyaman untuk beristirahat. Entah apa sebabnya Mas Pujo hari itu dengan manja tiduran berbantal pahaku di depan Dik Duta setelah selesai makan malam sambil menonton TV dan ngobrol kesana kemari diruang keluarga. Kulihat Mas Pujo sangat atraktif mempertontonkan kemesraannya di depan di Duta. Aku sebenarnya agak kikuk tapi karena sudah seperti adik sendiri aku bisa mengatasi perasaanku, lagian Dik Duta sudah sering melihat kemesraan kami sehari-hari dirumah. Kulihat Dik Duta acuh saja melihat tingkah laku Mas Pujo. Malah akhirnya Dik Duta mengambil inisiatif mengambil kasur dari kamar tidur untuk dihamparkan ke lantai.
Akhirnya kamipun menonton TV sambil tiduran, aku dan Dik Duta bersandar didinding berjajar cuma berjarak setengah meter sedang Mas Pujo tiduran di pahaku. Acara yang ditayangkan kebetulan agak menyerempet-nyerempet hubungan suami isteri. Kulihat Dik Duta tidak bisa konsentrasi, ia lebih sering mencuri pandang ke arah dadaku yang saat itu hanya terbungkus daster, aku pura-pura nggak tahu tapi aku sempat melihat arah tengah celananya yang aku yakin sudah setengah ereksi.
Tiba-tiba Mas Pujo memeluk pahaku sambil mengusap usap tonjolan payudara dari luar baju daster yang kukenakan, aku bingung.
"Mas malu ah masa ada Dik Duta," protesku sambil melemparkan tangannya kasar.
"Ah nggak apa apa, wong Di Duta juga pernah merasakan koq." sahut Mas Pujo sambil senyum penuh arti ke Duta.
Duta tersenyum kecut Aku melengos sebel tapi jujur saja rabaan Mas Pujo membuat aku on apalagi udara dingin Tawangmangu yang menusuk tulang. Sementara Mas Pujo malah nekat dan kepalanya yang menindih pahaku digeser ke arah selangkanganku, sehingga tak terhindarkan baju dasterku yang memang pendek makin tersingkap sehingga Duta makin leluasa melahap pahaku yang terbuka lebar..
"Mbak.. Aku.. Jadi ingin nih.." Duta bicara padaku.
Gila batinku aku benar-benar kaya kepiting rebus mendengar kata-kata Duta hampir saja aku tampar. Tapi Mas Pujo malah menimpali, "Nggak pa-pa, ya Mam? Kasihan khan Dik Duta sudah lama lho nggak merasakan" sahutnya.
"Pap!! apa-apaan sih ini" sahutku nggak kalah seru.
"Papa boleh kok mam, papa iklas please, ..!" pintanya sambil mengedip ke Dik Duta.
Rupanya Duta tanggap langsung saja dia miringkan badannya, karena jarak kami cuma sejengkal maka langsung direngkuhnya belakang kepalaku dan diciumnya mulutku dengan paksa. Aku ingin menolak tapi Mas Pujo memegang tanganku dan meraba tengah CDku aku terombang-ambing antara nafsu dan nilai yang ada dalam diriku tapi aku makin terangsang, tanpa sadar malah kumiringkan tubuhku menghadap Dik Duta sehingga aku bisa berhadapan, melihat reaksiku tanpa segan Dik Duta menyelusupkan tangannya dibalik dasterku untuk meremas remas buah dadaku, sementara Mas Pujo tangannya sudah masuk CD untuk mengelus elus klitorisku yang menjadi titik kelemahanku.
Mendapat seranngan dua orang sekaligus sensasiku melambung tinggi ada kenikmatan yang tiada tara. Kucoba memberanikan diri meraba perut Duta dan turun kebawah pusar, ada rasa penasaran ingin tahu ukuran barangnya. WAU.. luar biasa rupannya sudah berdiri keras dan tidak pakai CD lagi tanganku tak bisa memegang semuanya genggamanku penuh itupun baru separonya. Ketika itu Mas Pujo melepaskan seluruh pakaiannya dan mencopoti dasterku, Duta melepaskan pakainnya juga dan menggeser posisinya merapat ke arahku dari sebelah kiri kami berhadapan, sedangkan Mas Pujo memiringkan tubuhnya yang bugil sebelah kanan (belakangku), sehingga dengan sendirinya kontol Mas Pujo yang sudah kencang menempel bokongku dan kontol Duta yang luar biasa panjang dan besar menempel pahaku karena Duta tak mau melepaskan pelukannya padaku jadi Mas Pujo hanya merogoh memekku dari belakang.
Duta menciumi diriku sambil mengelus payudara penuh nafsu, kulihat Duta yang penuh dengan gairah, aku ikut terhanyut. Aku tak sempat berfikir macam macam, nafsuku telah mendominasi pikiranku, kunikmati apa yang dilakukan Duta padaku tanpa menghiraukan Mas Pujo yang meremas-remas bokongku, dan mengelus vaginaku yang sudah basah. Aku mendesis desis tak karuan karena keenakan dengan tangan kanannya Duta mendekap punggungku erat erat, sedangkan tangan kirinya mulai menyibak vaginaku rupanya dia sudah nggak tahan ingin memasukkan kontolnya ke memekku.
Dituntunnya penisnya ke arah lubang vaginaku, dan dalam tempo singkat aku sudah melayang kelangit ke tujuh menikmati kontol Dik Duta yang panjang besar ada meskipun rasa perih dan penuh menyesak di vaginaku namun kenikmatan yang kurasakan mampu membuatku melupakan rasa perih memekku. Otomatis jepitan lobang kemaluanku makin jadi dan denyutan-denyutan memekku yang selama ini dipuja oleh Mas Pujo dirasakan oleh Duta.
"Oh Mbak memekmu luar biasa, benar-benar punel Mbak" bisik Duta sambil mulai memompa batang kemaluannya secara ritmis.
Sementara aku mengimbangi mengocoknya perlahan lahan, Duta mendesis desis keenakan, kini wajah Duta menghadap ke arahku dengan matanya yang terpejam sungguh tampan sekali apalagi desisanya membuatku benar-benar melayang. Gesekan bulu dada di ujung putingku membuatku seperti kesetrum listrik ribuan watt. Setelah hampir sepuluh menit Duta memompa memekku aku mulai kesetanan mau meledak tapi dia mulai mengendurkan pelukannya.
"Ganti posisi yuk Mbak, nggak adil kan masa yang punya (Mas Pujo maksudnya) nggak kebagian" bisik Duta padaku.
Duta melepaskan kontolnya dari memekku pelan-pelan terasa ada yang hilang dari selanggkanganku, Duta berdiri sambil membimbingku Mas Pujo masih ikut dibelangku sambil meremasi pantatku. Aku menoleh memandang suamiku penasaran ingin tahu reaksinya, tapi ternyata kulihat Mas Pujo begitu bahagia bahkan dia tersenyum.
"Kita main bersamaan ya Mas?" ajak Duta pada suamiku.
Duta mengambil posisi duduk bersandar di sofa dengan paha mengangkang, tampak kontolnya yang besar panjang dan kokoh dengan topi baja yang mengkilat karena cairan memekku berdiri seperti prajurit siap serbu, kemudian ia menyuruhku mengangkang diatasnya dengan menumpangkan pahaku pada pahanya sambil membelakanginya. Perlahan-lahan aku turunkan bokongku dan duta membibing kontolnya untuk memasuki memekku, bles, ahh.. Rasanya tambah nikmat dan sudah nggak perih lagi. Dengan posisi begitu maka dari depan mencuatlah klitorisku yang sudah keras dan kencang, perlahan-lahan aku mulai memompa dengan menaik turunkan bokongku, melihat pemandangan seperti itu Mas Pujo langsung duduk jongkok di depanku oh.. Ia menjilati klitorisku yang terbiar menantang.
Oh.. Luar biasa sensasi yang timbul seluruh tubuhku bergetar kurasakan memekku makin berdenyut keras, kuraih kepala Mas Pujo kurapatkan ke selangkanganku sementara Duta terus menyodokku dari bawah. Ahh.. Aku mau meledak.. Mas.. Aku mau meladak..!!
Duta menggeram karena kontolnya kucengkeram dengan denyutan memekku yang makin kuat,. Dan dengan sambil meremas-remas payudarku kurasakan kontol Duta dalam memekku berdenyut keras.. Ahh Mbak aku mau keluar.. Ditariknya putingku sambil menyodokku dari bawah kuat-kuat sementara Mas Pujo melumat klitorisku aku benar-benar tidak bisa menggambarkan kenikmatan yang kudapat ketika kontol Duta menyemburkan spermanya ke dalam memekku bersamaan orgasmeku dan hisapan-hisapan pada klitorisku.
Belum selesai sensasiku Mas Pujo menarikku dan memintaku nungging ini kebiasaan Mas Pujo dia mau memompaku kalau aku sudah orgasme katanya enak sekali kedutan-kedutan memekku kalau orgasme. Aku mengambil posisi nungging dengan bertumpu pada kedua paha Duta pas kontolnya yang berlendir-lendir di mukaku langsung saja aku bersihkan sementara Mas Pujo mulai memasukkan kontolnya yang meskipun tidak panjang tapi kepalanya sangat leber sehingga seperti klep pompa. Kurasakan sensasi yang lebih hebat lagi ketika Mas Pujo mulai memompaku dari belakang. Hampir saja kugigit kontol Duta kalau saja Duta tidak berteriak, mengaduh.
Entah aku merasa tidak kuat lagi menahan ledakankanku yang berikutnya dan segara saat kontol Mas Pujo mulai berkedut-kedut akan menyemburkan spermanya akupun juga merasakan diriku akan meledak lagi. Dan aahh dengan teriakan panjang Mas Pujo menyemprotkan spermanya ke dalam memekku. Aku segera berbalik untuk membersihkan kontol Mas Pujo, rasa sperma dua orang laki-laki yang bercampur membuat lidah merasa aneh dan asing. Kami terkulai lemas tapi aku merasa lapar dengan tetap bugil aku kedapur untuk masak kulihat dua orang laki-laki itu berpelukan saling menepuk punggung.
"Gimana dik?" lamat lamat kudengan suara Mas Pujo menanyakan kesannya pada Duta.
"Wah luar biasa Mas, aku nggak nyangka kalau Mbak Rin.. Begitu hebat, pantas Mas Pujo tidak pernah jajan," timpal Duta.
"Begini aja dik, Dik Duta nggak usah sungkan lagi sekarang ini mbakyumu ya isterimu, tapi janji Dik Duta nggak boleh jajan, aku jijik kalau mbayangkan Dik Duta jajan," sambung Mas Pujo.
"Sumpah Mas aku nggak pernah jajan sepeninggal isteriku, pernah pembantuku aku pakai itupun cuma sekali selebihnya aku pake alat," lanjut Duta.
"Jadi janji betulan lho dik, dan kita nggak boleh cemburu, satu sama lain.."
"Eh.. Enak aja ngomongin nasib orang nggak ngajak yang diomongin" aku langsung protes nglendot di pangkuan Mas Pujo.
"Tapi Mama setujukann.." lanjut suamiku.
"Mmm.. Gimana.. Ya.. Mmm" sengaja kubuat-buat jawabanku aku ingin melihat reaksi Duta.
"Maaf Mbak, kalau Mbak nggak setuju aku nggak pa-pa kok Mbak" Duta memelas.
"Habis.. Habis.." jawabku nggak kulanjutkan.
"Habis apa Mbak?" Duta panasaran.
"Habis.. E n a a k hi.. Hi.. Hi" jawabku sambil cekikikan.
Duta langsung menubrukku yang masih dipangkuan Mas Pujo, tanpa sungkan lagi diciumnya bibirku diremasnya dadaku kulihat kontolnya sudah ngacung.
"Eh.. Makan duluu.. Ah aku lapar nih.. Nasi goreng sudah masak tuh di meja" pintaku.
Duta menghentikan cumbuannya terus membopongku kekursi makan sambil memangkuku dia menghadapi meja makan sementara Mas Pujo mengikuti dari belakang dan mereka duduk berimpitan kursi. Aku membagi bokongku diatas kedua paha mereka yang berhimpitan satu berbulu yang satu agak licin. Mereka dengan sabar bergantian menyuapi aku. Aku benar-benar bahagia mereka berdua sekarang suamiku, yang siap memuaskanku.
Selesai makan kusiapkan sikat gigi dan odol buat mereka, aku mendahului membersihkan diriku di kamar mandi sperma yang kering berleleran di pahaku terasa lengket. Setelah itu aku kekamar utama menyisir rambut ku di depan cermin.
Tak lama kemudian kulihat mereka berdua mengendap-endap beriringan masuk kamar aku seolah tak melihat. Kurasakan elusan lembut sebuah tangan dengan bulu-bulu halus menelusuri bokongku, bahkan kemudian mengarah keselangkangan dan mengelus memekku. Aku sudah bisa menduga pemilik tangan itu, dan hatiku berdesir ketika kulihat tangan Duta lah yang sedang mengelus belahan memekku, dan Mas Pujo mengelus batang penisnya, sambil mulutnya menciumi dadaku. Sambil berubah posisi dengan setengah duduk di depanku Mas Pujo siap dengan selangkanganku yang terbuka lebar memperlihatkan vagina merah basah yang sangat indah, sementara tangan kanannya menggosokan gosokkan kemaluanya, sementara Duta tidak tinggal diam buah dadaku yang menggantung diremas remas dan diciumi dari belakang.
Duta merubah posisinya dengan duduk di meja rias dengan kontol siap dimuka mulutku. Sekarang aku baru bisa mengukur panjangnya kontol Duta yang ternyata ada dua kepalan tanganku dengan kepala agak meruncing dan diameter kepala bajanya lebih kecil dari punya Mas Pujo. Langsung kugenggam dan ku jilati dan kukocok-kocok. Begitu kulakukan sampai hampir setengah jam dan dalam waktu yang tidak terlalu lama gerakan Duta tak terkendali, bahkan ia membalas menekan kepala Mas Pujo yang sedang mengenyot klitorisku dibawah meja pada saat itulah Duta menghentak hentakkan pinggul dan menyorong-nyorongkan kontolnya dimulutku dan..
Croot.. Croot.. Croot..
Sperma Duta memenuhi kerongkonganku. Dia telah orgasme. Ini terlalu cepat, padahal aku merasa masih belum apa-apa. Duta terus turun membopongku ke ranjang dan Mas Pujo sekarang menindihku semetara Duta mempermainkan ku dari bawah ah rupanya mereka telah kompak untuk kerja sama memuaskan diriku. Mas Pujo sudah terlengkup ditubuhku, sementara pinggulnya naik turun, mengocok batangnya yang sudah melesak ditelan liang kenikmatanku. Sekali kali tangannya meremas bokongku.
Aku mulai on lagi dan otot-otot vaginaku mulai berdenyut-denyut tapi tiba-tiba Mas Pujo menghentikan kocokannya, dan mencabut penisnya, aku masih tanggung tetapi aku memang juga tidak ingin selesai sekarang, aku masih berharap Duta bangkit lagi setelah istirahat. Aku ingin Duta memompaku dulu baru Mas Pujo yang mengakhiri puncaknya. Tapi Mas Pujo minta aku dan Duta melakukan 69 dengan posisi duta dibawah begitu aku posisi enam sembilan Mas Pujo menusukku dari belakang dan Duta ganti yang ngenyot klitorisku. Sungguh luar biasa rasanya ber 69 sambil memekku dipompa aku tak dapat menahan kenikmatan yang menyerbu lubang memekku. Denyutan-denyutan mencengkeram makin keras dan ini yang paling disukai Mas Pujo, kemudian kurasakan Mas Pujo mulai mencengkeram bokongku dan melenguh seperti sapi di sembelih sambil mempercepat goyangannya, semetara mulut Duta tak henti menciumi klitorisku dan lidahnya menerobos kadang masuk ke memekku disela kontol Mas Pujo. Nafasku tersengal, aku mulai masuk kemasa orgasme.
Tanpa menunggu waktu lagi Mas Pujo mempercepat kocokannya, dan kemaluankupun sudah berdenyut denyut kencang, akan segera akan keluar. Mas Pujo merengkuh bokonku, makin kencang, sambil dari mulutnya keluar erangan kenikmatan yang panjang dan kemaluannya ditekan keras ke kemaluanku, dia semprotkan spermanya..
Crot.. Crot.. Crot tapi aku belum orgasme.
Dan segera berlelehanlah air maninya menyemprot didalam vaginaku Pada saat yang sama, aku tak tahan menahan orgasmeku, kugenggam kontol Duta kuat-kuat dan kuhisap sampai batangnya sambil mengejan menikmati orgasmeku bersama Mas Pujo mendapat perlakuan begitu Duta juga orgasme kembali dan menyemburkan maninya ke mulutku untuk yang kedua kali. Kenikmatan yang luar biasa. Walaupun permainan sudah berakhir tetapi Mas Pujo tidak mau mencopot kemaluanku dari memekku, aku paham betul dia paling suka menikmati denyutan memekku.
"Pah.. Aku sudah nggak tahan.. Pahaahh.. Eghh.. Eegghh capek nih kasian Duta kita tindih"
Malam ini adalah malam pertama aku merasakan penis orang lain selain punya Mas Pujo apalagi penisnya lebih panjang, sebuah pengalaman yang sangat memuaskanku.
*****
Pembaca terhormat masih banyak pengalaman nikmat yang kualami bersama ke dua suamiku namun sementara sampai disini dulu, bila ada kesempatan akan aku ceritakan lainnya. Sejak kejadian itu Duta minta jatahnya padaku setiap ada dikotaku bahkan anak-anaknya sering diajak untuk bersama tinggal dikotaku saat libur agar tidak bolak-balik.
Saat Duta ada hampir tiap hari sekali aku mendapat giliran dari Mas Pujo dan Duta kadang kami lakukan treesome kadang hanya berdua saja dengan salah sat dari mereka, dan kami sepakat hanya dilakukan bertiga saja.
Pembaca yang terhormat kalau anda wanita disayangi 2 orang pria percayalah mereka bisa akur sabar tidak ada rasa cemburu dan yang hebat anda akan dimanja seperti diriku. Nggak percaya cobalah. Pengalaman ini benar-benar nyata kami telah 5 tahun bersama tapi kasih sayang mereka sangat tulus padaku. Aku jadi rajin jamu dan senam untuk kepuasanku dan kepuasan mereka bagi yang ingin tanya silahkan kirim email pasti dijawab. Mau coba aku punya caranya.
Tamat
Aku sendiri cukup waktu dan uang untuk merawat diri, sehingga meskipun aku tidak cantik namun orang bilang aku ini luwes tidak mboseni kalau dipandang suamiku bilang aku memang tidak cantik tapi"ayu"apalagi kalau lagi orgasme tinggiku cuma 160 cm dengan berat 56 kg agak gemuk orang bilang tapi dadaku montok sekali dengan puting yang merekah.
Suamiku senang olah raga tenis dan golf kalau badan tidak terlalu tinggi 165 cm tapi cukup atletis dengan berat badan 63 kg. Urusan diranjang sebenarnya aku cukup bahagia karena suamiku orangnya telaten dan sabar dia selalu memberikan kesempatan dulu padaku untuk orgasme seteleh itu baru dia melakukan penetrasi sampai aku orgasme yang kedua.
Pengalaman ini terjadi karena rasa kesepianku di rumah sendiri akhirnya aku usul untuk menerima kost toh kamar anakku 2 kamar tidak ada yang nempati. Akhirnya suamiku sepakat dia yang cari dan kebetulan ada teman kenalannya seorang pengusaha yang biasa mondar-mandir Jakarta ke kotaku karena ada anak perusahaannya di kotaku. Pertimbangannya dari pada ke hotel boros karena kadang harus sampai dua minggu. Namanya Duta (samaran) keturunan arab dengan cina orangnya tinggi (176 cm 76 kg) besar dengan kulit putih tapi wajah arab kayak Omar Syarif dengan bulu diseluruh tubuhnya, orangnya sangat santun. Kami cepat akrab bahkan seperti keluarga sendiri karena makan malam kami selalu bersama bahkan pada waktu lapor Pak RT kami mengaku sebagai saudara. Oh iya aku panggilnya Dik karena umurnya baru 38 tahun.
Bahkan jika suamiku dan Aku pergi berlibur ke Tawangmangu atau Bandungan dan pas ada di kotaku ia kami ajak. Begitu akrabnya kami sehingga tak jarang kami Dik Duta juga membantu kalau ada kerepotan dirumah sehingga lingkungan taunya memang adik saya. Untuk sehari-hari setelah berjalan 3 bulan kami makin akrab saja bahkan suamiku suatu hari, ketika kami ngobrol habis makan malam.
"Ajaklah Isterimu jalan-jalan kemari Dik Duta," celetuk suamiku, "Biar dia kenal mbakyumu" lanjutnya, Dik Duta hanya diam dan menghela napas panjang.
"Ada apa.. Ada yang salah?" lanjut Mas Pujo melihat gelagat yang kurang enak.
"E.. Anu Mas Aku sebenarnya duda isteriku meninggal 3 tahun yang lalu diruamh cuma ada anak-anak dengan pembantu saja" jawabnya dengan mata berkaca-kaca.
Kami akhirnya tahu statusnya dan kami minta suatu ketika kalau liburan sekolah biar anak-anak diajak kebetulan anaknya 2 orang masih 7 tahun dan 4 tahun. Sejak itu keakraban kami tambah dekat bahkan suamiku sering membisiki aku kalau keturunan arab biasanya barangnya besar dan panjang. Akupun merasa Dik Duta makin memperhatikan aku, pernah aku dibawakan hadiah liontin permata yang cantik. Bahkan sehari-hari kami makin terbuka misalnya ditengah guyonan, kadang kadang Dik Duta seolah mau memelukku dan bahkan sembunyi-sembunyi berani menciumi pipiku kalau mau pamit pulang Jakarta.
Demikian pula sebaliknya Mas Pujo seolah membiarkan kami bercengkarama kadang kadang bahkan ngompori, "Ooo mabkyumu itu biar STW tapi malah tambah punel (maksudnya memeknya) lho Dik Duta" kalau sudah begitu aku yang merah padam, tapi untungnya hanya kami bertiga.
Seperti kebiasan kami, pada hari libur Sabtu Minggu kami bertiga week end di kebun kami di Tawangmangu. Walaupun tidak terlalu luas namun kebun ini cukupanlah untuk hiburan dan cukup nyaman untuk beristirahat. Entah apa sebabnya Mas Pujo hari itu dengan manja tiduran berbantal pahaku di depan Dik Duta setelah selesai makan malam sambil menonton TV dan ngobrol kesana kemari diruang keluarga. Kulihat Mas Pujo sangat atraktif mempertontonkan kemesraannya di depan di Duta. Aku sebenarnya agak kikuk tapi karena sudah seperti adik sendiri aku bisa mengatasi perasaanku, lagian Dik Duta sudah sering melihat kemesraan kami sehari-hari dirumah. Kulihat Dik Duta acuh saja melihat tingkah laku Mas Pujo. Malah akhirnya Dik Duta mengambil inisiatif mengambil kasur dari kamar tidur untuk dihamparkan ke lantai.
Akhirnya kamipun menonton TV sambil tiduran, aku dan Dik Duta bersandar didinding berjajar cuma berjarak setengah meter sedang Mas Pujo tiduran di pahaku. Acara yang ditayangkan kebetulan agak menyerempet-nyerempet hubungan suami isteri. Kulihat Dik Duta tidak bisa konsentrasi, ia lebih sering mencuri pandang ke arah dadaku yang saat itu hanya terbungkus daster, aku pura-pura nggak tahu tapi aku sempat melihat arah tengah celananya yang aku yakin sudah setengah ereksi.
Tiba-tiba Mas Pujo memeluk pahaku sambil mengusap usap tonjolan payudara dari luar baju daster yang kukenakan, aku bingung.
"Mas malu ah masa ada Dik Duta," protesku sambil melemparkan tangannya kasar.
"Ah nggak apa apa, wong Di Duta juga pernah merasakan koq." sahut Mas Pujo sambil senyum penuh arti ke Duta.
Duta tersenyum kecut Aku melengos sebel tapi jujur saja rabaan Mas Pujo membuat aku on apalagi udara dingin Tawangmangu yang menusuk tulang. Sementara Mas Pujo malah nekat dan kepalanya yang menindih pahaku digeser ke arah selangkanganku, sehingga tak terhindarkan baju dasterku yang memang pendek makin tersingkap sehingga Duta makin leluasa melahap pahaku yang terbuka lebar..
"Mbak.. Aku.. Jadi ingin nih.." Duta bicara padaku.
Gila batinku aku benar-benar kaya kepiting rebus mendengar kata-kata Duta hampir saja aku tampar. Tapi Mas Pujo malah menimpali, "Nggak pa-pa, ya Mam? Kasihan khan Dik Duta sudah lama lho nggak merasakan" sahutnya.
"Pap!! apa-apaan sih ini" sahutku nggak kalah seru.
"Papa boleh kok mam, papa iklas please, ..!" pintanya sambil mengedip ke Dik Duta.
Rupanya Duta tanggap langsung saja dia miringkan badannya, karena jarak kami cuma sejengkal maka langsung direngkuhnya belakang kepalaku dan diciumnya mulutku dengan paksa. Aku ingin menolak tapi Mas Pujo memegang tanganku dan meraba tengah CDku aku terombang-ambing antara nafsu dan nilai yang ada dalam diriku tapi aku makin terangsang, tanpa sadar malah kumiringkan tubuhku menghadap Dik Duta sehingga aku bisa berhadapan, melihat reaksiku tanpa segan Dik Duta menyelusupkan tangannya dibalik dasterku untuk meremas remas buah dadaku, sementara Mas Pujo tangannya sudah masuk CD untuk mengelus elus klitorisku yang menjadi titik kelemahanku.
Mendapat seranngan dua orang sekaligus sensasiku melambung tinggi ada kenikmatan yang tiada tara. Kucoba memberanikan diri meraba perut Duta dan turun kebawah pusar, ada rasa penasaran ingin tahu ukuran barangnya. WAU.. luar biasa rupannya sudah berdiri keras dan tidak pakai CD lagi tanganku tak bisa memegang semuanya genggamanku penuh itupun baru separonya. Ketika itu Mas Pujo melepaskan seluruh pakaiannya dan mencopoti dasterku, Duta melepaskan pakainnya juga dan menggeser posisinya merapat ke arahku dari sebelah kiri kami berhadapan, sedangkan Mas Pujo memiringkan tubuhnya yang bugil sebelah kanan (belakangku), sehingga dengan sendirinya kontol Mas Pujo yang sudah kencang menempel bokongku dan kontol Duta yang luar biasa panjang dan besar menempel pahaku karena Duta tak mau melepaskan pelukannya padaku jadi Mas Pujo hanya merogoh memekku dari belakang.
Duta menciumi diriku sambil mengelus payudara penuh nafsu, kulihat Duta yang penuh dengan gairah, aku ikut terhanyut. Aku tak sempat berfikir macam macam, nafsuku telah mendominasi pikiranku, kunikmati apa yang dilakukan Duta padaku tanpa menghiraukan Mas Pujo yang meremas-remas bokongku, dan mengelus vaginaku yang sudah basah. Aku mendesis desis tak karuan karena keenakan dengan tangan kanannya Duta mendekap punggungku erat erat, sedangkan tangan kirinya mulai menyibak vaginaku rupanya dia sudah nggak tahan ingin memasukkan kontolnya ke memekku.
Dituntunnya penisnya ke arah lubang vaginaku, dan dalam tempo singkat aku sudah melayang kelangit ke tujuh menikmati kontol Dik Duta yang panjang besar ada meskipun rasa perih dan penuh menyesak di vaginaku namun kenikmatan yang kurasakan mampu membuatku melupakan rasa perih memekku. Otomatis jepitan lobang kemaluanku makin jadi dan denyutan-denyutan memekku yang selama ini dipuja oleh Mas Pujo dirasakan oleh Duta.
"Oh Mbak memekmu luar biasa, benar-benar punel Mbak" bisik Duta sambil mulai memompa batang kemaluannya secara ritmis.
Sementara aku mengimbangi mengocoknya perlahan lahan, Duta mendesis desis keenakan, kini wajah Duta menghadap ke arahku dengan matanya yang terpejam sungguh tampan sekali apalagi desisanya membuatku benar-benar melayang. Gesekan bulu dada di ujung putingku membuatku seperti kesetrum listrik ribuan watt. Setelah hampir sepuluh menit Duta memompa memekku aku mulai kesetanan mau meledak tapi dia mulai mengendurkan pelukannya.
"Ganti posisi yuk Mbak, nggak adil kan masa yang punya (Mas Pujo maksudnya) nggak kebagian" bisik Duta padaku.
Duta melepaskan kontolnya dari memekku pelan-pelan terasa ada yang hilang dari selanggkanganku, Duta berdiri sambil membimbingku Mas Pujo masih ikut dibelangku sambil meremasi pantatku. Aku menoleh memandang suamiku penasaran ingin tahu reaksinya, tapi ternyata kulihat Mas Pujo begitu bahagia bahkan dia tersenyum.
"Kita main bersamaan ya Mas?" ajak Duta pada suamiku.
Duta mengambil posisi duduk bersandar di sofa dengan paha mengangkang, tampak kontolnya yang besar panjang dan kokoh dengan topi baja yang mengkilat karena cairan memekku berdiri seperti prajurit siap serbu, kemudian ia menyuruhku mengangkang diatasnya dengan menumpangkan pahaku pada pahanya sambil membelakanginya. Perlahan-lahan aku turunkan bokongku dan duta membibing kontolnya untuk memasuki memekku, bles, ahh.. Rasanya tambah nikmat dan sudah nggak perih lagi. Dengan posisi begitu maka dari depan mencuatlah klitorisku yang sudah keras dan kencang, perlahan-lahan aku mulai memompa dengan menaik turunkan bokongku, melihat pemandangan seperti itu Mas Pujo langsung duduk jongkok di depanku oh.. Ia menjilati klitorisku yang terbiar menantang.
Oh.. Luar biasa sensasi yang timbul seluruh tubuhku bergetar kurasakan memekku makin berdenyut keras, kuraih kepala Mas Pujo kurapatkan ke selangkanganku sementara Duta terus menyodokku dari bawah. Ahh.. Aku mau meledak.. Mas.. Aku mau meladak..!!
Duta menggeram karena kontolnya kucengkeram dengan denyutan memekku yang makin kuat,. Dan dengan sambil meremas-remas payudarku kurasakan kontol Duta dalam memekku berdenyut keras.. Ahh Mbak aku mau keluar.. Ditariknya putingku sambil menyodokku dari bawah kuat-kuat sementara Mas Pujo melumat klitorisku aku benar-benar tidak bisa menggambarkan kenikmatan yang kudapat ketika kontol Duta menyemburkan spermanya ke dalam memekku bersamaan orgasmeku dan hisapan-hisapan pada klitorisku.
Belum selesai sensasiku Mas Pujo menarikku dan memintaku nungging ini kebiasaan Mas Pujo dia mau memompaku kalau aku sudah orgasme katanya enak sekali kedutan-kedutan memekku kalau orgasme. Aku mengambil posisi nungging dengan bertumpu pada kedua paha Duta pas kontolnya yang berlendir-lendir di mukaku langsung saja aku bersihkan sementara Mas Pujo mulai memasukkan kontolnya yang meskipun tidak panjang tapi kepalanya sangat leber sehingga seperti klep pompa. Kurasakan sensasi yang lebih hebat lagi ketika Mas Pujo mulai memompaku dari belakang. Hampir saja kugigit kontol Duta kalau saja Duta tidak berteriak, mengaduh.
Entah aku merasa tidak kuat lagi menahan ledakankanku yang berikutnya dan segara saat kontol Mas Pujo mulai berkedut-kedut akan menyemburkan spermanya akupun juga merasakan diriku akan meledak lagi. Dan aahh dengan teriakan panjang Mas Pujo menyemprotkan spermanya ke dalam memekku. Aku segera berbalik untuk membersihkan kontol Mas Pujo, rasa sperma dua orang laki-laki yang bercampur membuat lidah merasa aneh dan asing. Kami terkulai lemas tapi aku merasa lapar dengan tetap bugil aku kedapur untuk masak kulihat dua orang laki-laki itu berpelukan saling menepuk punggung.
"Gimana dik?" lamat lamat kudengan suara Mas Pujo menanyakan kesannya pada Duta.
"Wah luar biasa Mas, aku nggak nyangka kalau Mbak Rin.. Begitu hebat, pantas Mas Pujo tidak pernah jajan," timpal Duta.
"Begini aja dik, Dik Duta nggak usah sungkan lagi sekarang ini mbakyumu ya isterimu, tapi janji Dik Duta nggak boleh jajan, aku jijik kalau mbayangkan Dik Duta jajan," sambung Mas Pujo.
"Sumpah Mas aku nggak pernah jajan sepeninggal isteriku, pernah pembantuku aku pakai itupun cuma sekali selebihnya aku pake alat," lanjut Duta.
"Jadi janji betulan lho dik, dan kita nggak boleh cemburu, satu sama lain.."
"Eh.. Enak aja ngomongin nasib orang nggak ngajak yang diomongin" aku langsung protes nglendot di pangkuan Mas Pujo.
"Tapi Mama setujukann.." lanjut suamiku.
"Mmm.. Gimana.. Ya.. Mmm" sengaja kubuat-buat jawabanku aku ingin melihat reaksi Duta.
"Maaf Mbak, kalau Mbak nggak setuju aku nggak pa-pa kok Mbak" Duta memelas.
"Habis.. Habis.." jawabku nggak kulanjutkan.
"Habis apa Mbak?" Duta panasaran.
"Habis.. E n a a k hi.. Hi.. Hi" jawabku sambil cekikikan.
Duta langsung menubrukku yang masih dipangkuan Mas Pujo, tanpa sungkan lagi diciumnya bibirku diremasnya dadaku kulihat kontolnya sudah ngacung.
"Eh.. Makan duluu.. Ah aku lapar nih.. Nasi goreng sudah masak tuh di meja" pintaku.
Duta menghentikan cumbuannya terus membopongku kekursi makan sambil memangkuku dia menghadapi meja makan sementara Mas Pujo mengikuti dari belakang dan mereka duduk berimpitan kursi. Aku membagi bokongku diatas kedua paha mereka yang berhimpitan satu berbulu yang satu agak licin. Mereka dengan sabar bergantian menyuapi aku. Aku benar-benar bahagia mereka berdua sekarang suamiku, yang siap memuaskanku.
Selesai makan kusiapkan sikat gigi dan odol buat mereka, aku mendahului membersihkan diriku di kamar mandi sperma yang kering berleleran di pahaku terasa lengket. Setelah itu aku kekamar utama menyisir rambut ku di depan cermin.
Tak lama kemudian kulihat mereka berdua mengendap-endap beriringan masuk kamar aku seolah tak melihat. Kurasakan elusan lembut sebuah tangan dengan bulu-bulu halus menelusuri bokongku, bahkan kemudian mengarah keselangkangan dan mengelus memekku. Aku sudah bisa menduga pemilik tangan itu, dan hatiku berdesir ketika kulihat tangan Duta lah yang sedang mengelus belahan memekku, dan Mas Pujo mengelus batang penisnya, sambil mulutnya menciumi dadaku. Sambil berubah posisi dengan setengah duduk di depanku Mas Pujo siap dengan selangkanganku yang terbuka lebar memperlihatkan vagina merah basah yang sangat indah, sementara tangan kanannya menggosokan gosokkan kemaluanya, sementara Duta tidak tinggal diam buah dadaku yang menggantung diremas remas dan diciumi dari belakang.
Duta merubah posisinya dengan duduk di meja rias dengan kontol siap dimuka mulutku. Sekarang aku baru bisa mengukur panjangnya kontol Duta yang ternyata ada dua kepalan tanganku dengan kepala agak meruncing dan diameter kepala bajanya lebih kecil dari punya Mas Pujo. Langsung kugenggam dan ku jilati dan kukocok-kocok. Begitu kulakukan sampai hampir setengah jam dan dalam waktu yang tidak terlalu lama gerakan Duta tak terkendali, bahkan ia membalas menekan kepala Mas Pujo yang sedang mengenyot klitorisku dibawah meja pada saat itulah Duta menghentak hentakkan pinggul dan menyorong-nyorongkan kontolnya dimulutku dan..
Croot.. Croot.. Croot..
Sperma Duta memenuhi kerongkonganku. Dia telah orgasme. Ini terlalu cepat, padahal aku merasa masih belum apa-apa. Duta terus turun membopongku ke ranjang dan Mas Pujo sekarang menindihku semetara Duta mempermainkan ku dari bawah ah rupanya mereka telah kompak untuk kerja sama memuaskan diriku. Mas Pujo sudah terlengkup ditubuhku, sementara pinggulnya naik turun, mengocok batangnya yang sudah melesak ditelan liang kenikmatanku. Sekali kali tangannya meremas bokongku.
Aku mulai on lagi dan otot-otot vaginaku mulai berdenyut-denyut tapi tiba-tiba Mas Pujo menghentikan kocokannya, dan mencabut penisnya, aku masih tanggung tetapi aku memang juga tidak ingin selesai sekarang, aku masih berharap Duta bangkit lagi setelah istirahat. Aku ingin Duta memompaku dulu baru Mas Pujo yang mengakhiri puncaknya. Tapi Mas Pujo minta aku dan Duta melakukan 69 dengan posisi duta dibawah begitu aku posisi enam sembilan Mas Pujo menusukku dari belakang dan Duta ganti yang ngenyot klitorisku. Sungguh luar biasa rasanya ber 69 sambil memekku dipompa aku tak dapat menahan kenikmatan yang menyerbu lubang memekku. Denyutan-denyutan mencengkeram makin keras dan ini yang paling disukai Mas Pujo, kemudian kurasakan Mas Pujo mulai mencengkeram bokongku dan melenguh seperti sapi di sembelih sambil mempercepat goyangannya, semetara mulut Duta tak henti menciumi klitorisku dan lidahnya menerobos kadang masuk ke memekku disela kontol Mas Pujo. Nafasku tersengal, aku mulai masuk kemasa orgasme.
Tanpa menunggu waktu lagi Mas Pujo mempercepat kocokannya, dan kemaluankupun sudah berdenyut denyut kencang, akan segera akan keluar. Mas Pujo merengkuh bokonku, makin kencang, sambil dari mulutnya keluar erangan kenikmatan yang panjang dan kemaluannya ditekan keras ke kemaluanku, dia semprotkan spermanya..
Crot.. Crot.. Crot tapi aku belum orgasme.
Dan segera berlelehanlah air maninya menyemprot didalam vaginaku Pada saat yang sama, aku tak tahan menahan orgasmeku, kugenggam kontol Duta kuat-kuat dan kuhisap sampai batangnya sambil mengejan menikmati orgasmeku bersama Mas Pujo mendapat perlakuan begitu Duta juga orgasme kembali dan menyemburkan maninya ke mulutku untuk yang kedua kali. Kenikmatan yang luar biasa. Walaupun permainan sudah berakhir tetapi Mas Pujo tidak mau mencopot kemaluanku dari memekku, aku paham betul dia paling suka menikmati denyutan memekku.
"Pah.. Aku sudah nggak tahan.. Pahaahh.. Eghh.. Eegghh capek nih kasian Duta kita tindih"
Malam ini adalah malam pertama aku merasakan penis orang lain selain punya Mas Pujo apalagi penisnya lebih panjang, sebuah pengalaman yang sangat memuaskanku.
*****
Pembaca terhormat masih banyak pengalaman nikmat yang kualami bersama ke dua suamiku namun sementara sampai disini dulu, bila ada kesempatan akan aku ceritakan lainnya. Sejak kejadian itu Duta minta jatahnya padaku setiap ada dikotaku bahkan anak-anaknya sering diajak untuk bersama tinggal dikotaku saat libur agar tidak bolak-balik.
Saat Duta ada hampir tiap hari sekali aku mendapat giliran dari Mas Pujo dan Duta kadang kami lakukan treesome kadang hanya berdua saja dengan salah sat dari mereka, dan kami sepakat hanya dilakukan bertiga saja.
Pembaca yang terhormat kalau anda wanita disayangi 2 orang pria percayalah mereka bisa akur sabar tidak ada rasa cemburu dan yang hebat anda akan dimanja seperti diriku. Nggak percaya cobalah. Pengalaman ini benar-benar nyata kami telah 5 tahun bersama tapi kasih sayang mereka sangat tulus padaku. Aku jadi rajin jamu dan senam untuk kepuasanku dan kepuasan mereka bagi yang ingin tanya silahkan kirim email pasti dijawab. Mau coba aku punya caranya.
Tamat
Gabung dalam percakapan